Rabu, 29 April 2009

OBSERVASI BERPERAN SERTA

A. LATAR BELAKANG
Salah satu kegiatan dalam perencanaan proyek penelitian adalah merumuskan alat pengumpul data sesuai dengan masalah yang diteliti. Alat penelitian sangat erat hubungannya dengan seluruh unsur (elemen) penelitian lain, terutama sekali dengan metode. Itu sebabnya langkah yang ditempuh dalam menetapkan suatu jenis alat, harus berpedoman pada:
Pendekatan dalam mengumpulkan data
Jenis data yang diperlukan untuk mentest hipotesis
Alat yang dianggap cocok untuk mengumpulkan data yang diperlukan
Perlu tidaknya memodifikasi berbagai jenis alat pengumpul data yang digunakan
Kali ini kami memfokuskan pada alat atau teknik dalam mengumpulkan data. Alat yang digunakan dalam mengumpulkan data tidak dapat dipisahkan dengan teknk pengumpulan data. Oleh karena itu, pembahasan keduanya tidak dapat dipisahkan, karenaadaay saling ketergantungan satu sama lain.
Tidak semua jenis alat penelitian selamanya dapat menggali seluruh data yang diperluka untuk memecahkan suatu masalah dalam kegiatan penelitian. Kadang-kadang terjadi suatu alat tidak dapat digunakauntuk mengumpulkan seluruh data yang diperlukan. Oleh karena itu perlu dipertimbangkan untuk memodifikasi alat tersebut, sehingga data yang diperlukan dapat terhimpu untuk menguji hipotesis-hipotesis yang diajukan. Pertimbangan yang diperlukan dalam menentukan jenis alat yang digunakan, terutama menyangkut segi validitas dan reliabilitas alat yang bersangkutan.
Dari beberapa alat yang digunakan dalam mengumpulkan data, kami membahas tentang pengamatan (observasi), tepatnya observasi berperan serta (participant observation).

B. DEFINISI OBSERVASI
Menurut Drs. Mohamad Ali dalam Penelitian Kependidikan, Prosedur dan Strategi, beliau berpendapat observasi adalah: “Penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan terhadap obyek, baik secara langsung maupun tidak langsung. Teknik ini banyak digunakan, baik dalam penelitian sejarah (historis), deskriptif, ataupun eksperimental, karena dengan pengamatan memungkinkan gejala-gejala penelitian dapat diamati dari dekat.
Parsudi Suparlan (1983: 43-45) menyarakan yang harus diperhatikan peneliti saat melakukan pengamatan adalah: ruang dan waktu, pelaku, kegiatan, benda-benda atau alat-alat, waktu, peralatan, tujuan, prasarana.
Pelaksanaan pengamatan menempuh tiga cara utama, yakni:
1. Pengamatan langsung (direct observation), yakni pengamatan yang dilakukan tanpa perantara (secara langsung) terhadap obyek yang diteliti, seperti mengadakan pengamatan langsung terhadap proses belajar-mengajar di kelas.
2. Pengamatan tak langsung (indirect observation), yakni pengamatan yang dilakukan terhadap suatu obyek melalui perantaraan suatu alat atau cara, baik dilaksanakan dalam situasi sebenarnya maupun buatan. Contoh, mengadakan pengamatan terhadap pengaruh hukuman terhadap suasana kejiwaan anak melalui permainan peranan (roleplaying) atau drama kejiwaan (psycho-drama), atau mengadakan pengamatan melalui alat yang sengaja diciptakan untuk keperluan tersebut.
3. Partisipasi, yaitu pengamatan yang dilakukan dengan cara ikut ambil bagian atau melibatkan diri dalam situasi obyek yang diteliti. Cara ini biasanya banyak digunakan dalam penelitian psikologi, sosiologi, maupun antropologi, namun demikian dalam lapangan pendidikan pun banyak pula digunakan teknik ini; seperti mengadakan pengamatan terhadap mekanisme proses hubungan manusiawi (human relation) antara guru dengan kepala sekolah, dilakukan dengan cara ikut ambil bagian sebagai guru, dan mengamati setiap gejala yang menjadi obyek penelitian.
Cara mengadakan pengamatan sebagaimana diuraikan di atas dapat dilaksanakan dengan menggabungkan dua atau tiga cara sekaligus dalam suatu kegiatan penelitian, apabila dipertimbangkan bahwa suatu cara dianggap kurang memadai.
Ini tidak berarti bahwa observasi boleh dilakukan secara acak-acakan atau tanpa rencana. Sebaliknya observasi sebagai teknik penelitian harus selalu jitu, berpedoman pada arah yang spesifik, sistematis, terfokus, dan direkam dengan cermat. Seperti teknik-teknik lainnya, observasi harus dapat diuji akurasi, validitas, dan reliabilitasnya.

C. OBSERVASI BERPERAN SERTA
Pengamatan terlibat atau observasi berperan serta (participant observation) diartikan sebagai pengamatan yang dibarengi interaksi antara peneliti dengan informan. Dalam pengamatan terlibat, peneliti hidup bersama-sama (di tengah-tengah) masyarakat yang ditelitinya. Dalam kegiatan pengamatannya si peneliti ikut mengerjakan apa yang dikerjakan oleh pelakunya dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan-kegiatan itu dilakukan agqar dapat memahami dan merasakan (menginternalisasikan) kegiatan-kegiatan dalam kehidupan masyarakat yang menjadi obyek penelitian.
Pengumpulan data menggunaka observasi berperan serta ditunjukkan untuk mengungkapkan makna suatu kejadian dari setting tertentu, yang merupakan perhatian esensial dalam penelitian kualitatif. Observasi berperanserta dilakukan untuk mengamati obyek penelitian, seperti tempat khusus suatu organisasi, sekelompok orang, atau beberapa aktivitas suatu sekolah.
Pengamat (observer) dalam berlangsungnya observasi dapat berperan sebagai pengamat yang hanya semata-mata menamati dengan tidak ikut berpartisipasi dalam kegiatan subyek. Di sisi lain, pengamat dapat berperan serta dalam kegiatan subyek dengan sedikit terdapat perbedaan antara peneliti dengan subyek.
Dalam berlangsungya observasi, kedua peran tersebut tidak dapat dipisahkan karena awal melakukan pengamatan pertama-tama peneliti tetap memisahkan diri dari subyek sampai terciptanya hubungan baik antara peneliti dengan subyek. Selanjutnya peneliti menarik diri dari lingkungan subyek supaya tidak kehilangan tujuan utamanya. Keberhasilan peneliti sangat tergantung dengan kemampuan menyesuaikan diri dengan duna subyek.
Spradley (1972: 45-52) menjelaska bahwa dalam menyeleksi situasi sosial dalam melakukan pengamatan berperanserta dapat dilakukan dengan jalan mempertimbangka kriteria sebagai berikut:
a. Kesederhanaan
Pertama kali melakukan penelitian kualitatif, menyeleksi suatu situasi sosial yang tunggal dan mencoba untuk memulai dengan situasi sosial sangat sederhana dan mempunyai ruang lingkup cukup terbatas cukup penting artinya. Kemudian dengan banyak pengalaman dapat memperluas ke dalam situasi-situasi yang kompleks.
b. Aksesabilitas
Beberapa situasi dapat dengan mudah dimasuki sementara beberapa situasi sukar dimasuki. Untuk belajar melakukan penelitian kualitatif, diambil suatu situasi yang dapat dengan lebih mudah dimasuki. Jika mungkin peneliti tidak perlu menggunakan seluruh waktu yang ada untuk mencoba mendapatkan kesempatan.
c. Ketidak kentaraan
Para peneliti dalam melakukan penelitian kualitatif seharusnya kurang kentara dalam beberapa situasi-situasi sosial yang diikuti. Kendatipun akhirnya peneliti berhari-hari dalam suatu situasi sosial.
d. Aktivitas berulang-ulang
Untuk memahami kejadian suatu situasi sosial, peneliti perlu melihat sampel yang besar dari aktivitas yang diulangi berkali-kali dalam situasi sosial bersangkutan. Oleh karena itu seleksi suatu situasi sosial sangat diperlukan.
e. Kemudahan berpartisipasi
Walaupun peneliti tidak berpartisipasi dalam situasi, cobalah menemukan suatu situasi sosial untuk pengkajian suatu peran serta dalam aktivitas dimana penelitian dilaksanakan.
Menurut Williams yang diterjemahkan oleh Moleong (1989), Faisal (1990), Bogdan dan Biklen (1982) disimpulkan bahwa salah satu observasi berperanserta yang dapat digunakan dalam pengumpulan data adalah peranserta pasif. Adapun observasi peranserta pasif yaitu peneliti hadir dalam suatu situasi tetapi tidak berperan serta dengan orang-orang dalam. Peranan peranserta hanya (1) menyaksikan berbagai peristiwa atau melakuka tindakan secara pasif, (2) melakukan wawacara (interview) baik yang terstruktur maupun yang tidak terstruktur terhadap aktor, dan (3) melakukan pengkajian dokumen (document study) yang dimilik organisasi. Pada mulanya data yang didapat dari informan sesuai dari sudut pandang informan/responden (emic). Selanjutnya data yang sudah dianalisis berdasarkan dari sudut pandang peneliti (etic).
Sejalan dengan hal ini, Bogdan dan Taylor (1985) menjelaskan dalam catatan lapangan harus disusun setelah observasi maupun mengadakan hubungan dengan subjek yang diteliti. Karena catatan lapangan berupa data observasi dikumpulkan dalam catatan lapangan yang komprehensif sekali. Secara keseluruha, peneliti sendiri terjun ke lapangan sebagai instrumen utama (key instrument) dalam penelitian ini. Sebagai instrumen utama dalam penelitian ii maka peneliti sendiri yang menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu: Observasi Data atau informas yang diperlukan juga dikumpulkan dengan observasi dilakukan melalui pengamatan langsung pada tempat peneltian baik secara terbuka maupun terselubung. Di samping itu juga menurut Bogdan dan Taylor (1985: 134) dari pengamatan dibuat catatan lapangan yang harus disusun setelah observasi maupun mengadakan hubungan dengan subjek yang diteliti. Karena catatan lapangan berupa data dari observasi penelitian harus membuat catatan lapangan yang komprehensif sekali. Secara keseluruhan, peneliti sendiri yang mengamati perilaku dan nilai budaya yang mendasari perilaku.

Tidak ada komentar: