: juriani
sebuah surat hati kaubaca di kolong jembatan di bawah kaki malam tanpa mega; memoar yang gelisah merunut keabsurdan. bahwa kita tak perlu sebongkah khotbah untuk mendengar mereka yang kelaparan....dan yang menggelepar di ruang rapat itu, mungkin kausebut keadilan, kan?
semua dunia ini maya, masih saat kaujawab interupsi gilaku dengan doa. dan cinta? sungguh, mereka tak mampu menggilasnya, sebab ia telah begitu purba.
Medan, 230308
(kalian masih percaya ta’liful qulub itu ada, kan, sobat?)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar